5 Negara Asing Masih Kuasai & Keruk Habis Kekayaan Alam Indonesia

Sejumlah negara menjadikan Indonesia sebagai ladang penghasilan yang sangat melimpah caranya dengan mengeksplorasi kekayaan sumber daya alam (SDA).
Please wait 0 seconds...
Scroll Down and click on Go to Link for destination
Congrats! Link is Generated
5 Negara Asing Masih Kuasai & Keruk Habis Kekayaan Alam Indonesia

Sejumlah negara menjadikan Indonesia sebagai ladang penghasilan yang sangat melimpah caranya dengan mengeksplorasi kekayaan sumber daya alam (SDA).

Walau beberapa diantaranya sudah diambil alih oleh pemerintah Indonesia, tapi masih banyak yang justru dikuasai negara asing. Apa saja ?


Amerika Serikat

Sudah menjadi hal lumrah kalau Amerika Serikat sangat doyan mengeksplorasi kekayaan negara lain, Indonesia pun tak luput dari sasaran untuk mengeruk SDA-nya.

Lambang Freeport misalnya, sudah puluhan tahun dikuasai dan Nusantara hanya mendapat sekitar 9% jatah dari hasil eksplorasi tambang, beruntung tambang emas terbesar di dunia ini berhasil diambil alih oleh pemerintah di bawah rezim Joko Widodo beberapa tahun lalu.

Namun masih ada rupanya SDA tanah air yang di kuasai Amerika, salah satunya adalah minyak dan gas (Migas), melalui perusahaan Action Mobil Corporation.

Dari situs resminya perusahaan ini telah hadir di Indonesia sejak 1898 dengan markas pusatnya di Texas Amerika Serikat.

Dari laporan perusahaan tersebut memiliki wilayah operasi di lapangan Banyu Urip, Cepu di Bojonegoro, Jawa Timur.

Penemuan lapangan ini terjadi pada tahun 2001 dan diperkirakan ada jutaan minyak yang terkandung hingga Maret 2021 saja total produksi telah mencapai 455,9 juta barrel minyak,  jika dirata kan perharinya mampu menghasilkan 198.392 Barrel minyak.

Meskipun begitu, pemerintah melalui PT Pertamina Persero berhak mendapatkan minyak sebesar 45% dari hasil pengeboran ekson mobil ini, yaitu berada di angka 89.276 barrel per hari dari lapangan Banyu Urip.


China

Selanjutnya ada Cina Kalau negara satu ini tak perlu ditanya lagi sebab cina sangat aktif mencari SDA di banyak negara, bahkan di Indonesia sendiri daratan perusahaan asal Negeri tirai bambu berdiri kokoh di banyak wilayah nusantara.

Salah satunya adalah perusahaan Migas bernama Petronas Company Made, perusahaan ini merupakan unit usaha China Nasional Petroleum Corporation yang bermarkas di Beiji Petrus .

China sendiri telah ada di Indonesia sejak tahun 2002 sebanyak 4 buah Migas digarap, mulai dari blok Jabung dan blok Bangko di Sumatera, kemudian blok Tuban di Jawa Timur, dan blok pulau salawati di Papua.

Blok Jabung mampu menghasilkan minyak ke-16.000 Barrel per hari sejak tahun 2013 lalu, namun belakangan blok ini hendak diambil alih oleh pemerintah Indonesia, sebab pada tahun 2023 mendatang kontrak kerjasama dengan pemerintah Indonesia akan kadaluarsa.

Akan tetapi pemerintah masih menimbang untuk ambil alih pengelolaan dari operator Petro Cina, karena kandungan minyak blok Jabung diduga telah menipis.


Inggris

Selain dua negara raksasa sebelumnya dibahas ternyata beberapa negara asal Eropa juga ikut menguasai SDA di Indonesia, salah satunya adalah Inggris yang memiliki perusahaan bernama British Petroleum.


Baca juga : Inilah 3 Kilang Raksasa Biodiesel Sawit Milik Indonesia

Perusahaan tersebut mengelola blok migas di Papua Barat, melalui anak usahanya BP Berau, mereka sudah ada di Indonesia sejak puluhan tahun dan menjadi salah satu perusahaan Migas terbesar di tanah air tahun 2005.

BP Berau sepakat dengan pemerintah RI untuk memulai proyek ini dibangun untuk menampung gas alam yang berasal dari beberapa blok di teluk Bintuni, meliputi pengeboran gas dari 6 lapangan.

Di awal kerjasama BP Berau lebih dulu membangun 2 kilang gas alam cair (LNG) yakni tren lnc1 dan 2 yang diperkirakan memiliki cadangan gas sebanyak 7 juta ton per hari.

Dari hasil kerjasama ini Indonesia mendapat jatah sebesar 6,2 miliar dari hasil penjualan LNG selama 25 tahun, sementara lnc 3 proyek pembangunannya masih dikerjakan dengan nilai investasi 8,9 miliar diperkirakan cadangan minyak di kilang ini mencapai 3000 Barrel minyak per hari, sementara gas sebesar 700 juta kaki kubik per hari.


Kira-kira sudah berapa banyak ya, keuntungan yang masuk ke Indonesia ? mudah-mudahan saja tidak lari ke kantong pribadi.


Prancis

Oke lanjut, masih dari Eropa, Prancis juga menjadi negara yang turut menikmati SDA Indonesia, seperti total INT Indonesia yang sebelumnya mengelola blok 3 semakan di Kalimantan Timur.

Perusahaan asal Perancis ini telah menguasai kekayaan alam tanah air selama 50 tahun, bukan hanya durasinya yang lama melainkan sebanyak 50% total INT Indonesia menguasai saham di blok Mahaka, sisanya dikuasai oleh perusahaan asal Jepang investorvation.

Sama halnya Freeport, tanpa Migas Ini sudah diambil alih pemerintah RI sejak Januari 2018 dan kini dikelola PT Pertamina Persero.

Namun bukan berarti perusahaan tambang asal Prancis telah lenyap di tanah Nusantara, masih ada perusahaan bernama Iremit yang berinvestasi di kawasan Timur Indonesia dengan mengolah biji nikel.

Perusahaan ini beroperasi di tanah air melalui perusahaan patungan bernama PT wedabe industrial, bersama perusahaan asal Tiongkok Shinchan.

Keduanya melakukan penambangan biji nikel di Halmahera Utara Maluku, selain tambang turut dibangun kawasan industri yang mampu memproduksi baterai kendaraan listrik dan besi baja.

Tahap pertama anggaran yang dikeluarkan sebesar  US$ 5 miliar / Rp. 70,3 Triliun.

Kemudian tahap kedua juga sebesar US$ 5 miliar hingga total investasinya sebesar US$ 10 miliar dengan adanya tambang dan kawasan industri ini, di kabarkan ada setidaknya 12.000 tenaga kerja yang diserang tapi kabarnya perusahaan ini pernah nunggak pajak pada pemerintah provinsi Maluku Utara.

Pajak ini berupa tunggakan pemakaian air permukaan sejak tahun 2018 sampai awal tahun 2021 baru beroperasi sudah muncul masalah pajak.

Baca juga : Inilah Proyek Migas Raksasa Malaysia Yang Ada di Indonesia

Kanada

Yang terakhir ada perusahaan tambang asal Kanada, salah satunya adalah PT Val akan bergerak di bidang penambangan dan pengolahan Mika.

Perusahaan ini didirikan sejak 1968 yang mengeksplorasi nikel di beberapa kawasan di Sulawesi, luas kontra karya yang digarap saat ini sebesar 118.439 hektar, terdiri dari sorotan Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.

Perusahaan yang bermarkas di Brazil ini juga memiliki pabrik pengolahan nikel pada tahun 2007, laporan menyebutkan sebanyak 76.727 ton nikel mampu dihasilkan, sementara pada tahun 2014 hasil tambang nikel mencapai 78.726 ton.

Kedua pencapaian ini disebut-sebut paling besar dihasilkan selama PT Valley yang beroperasi, sampai di situ perusahaan ini kembali memperluas area penambangan dan pengolahan biji nikel.

Kali ini bermitra dengan China untuk berinvestasi di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, dengan nilai investasi sebesar 1,94 miliar untuk pengoperasian Tambak nilai investasinya mencapai US$ 140 juta.

Kalau pengolahan biji nikel dengan membangun smelter nilai investasinya mencapai US$ 1,8 miliar,


Posting Komentar

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.