Papua adalah salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan sumber daya alam termasuk gas alam,beberapa perusahaan dan pemerintah telah melakukan eksplorasi dan pengeboran di wilayah ini untuk di jadikan proyek migas.
Kasori merupakan salah satu daerah di Papua yang menjadi perhatian dalam penelitian dan eksplorasi sumber daya alam ini.
Lantas bagaimana ladang gas di Kasori Papua ?
Di lansir dari akun youtube Beda Nggak Satuan kerja khusus pelaksanaan kegiatan usaha hulu migas atau SKK migas, kini sedang berusaha menyelesaikan upaya monetisasi gas dari lapangan asap kido dan merah yang dikelola Genting oleh Kasuari Papua Barat.
Genting Oil Kasuari PTE LTD adalah entitas gunting di grup yang dikendalikan oleh Taipan dan pengusaha resor judi asal Malaysia Lim Kok Thay.
SKK Migas menargetkan blok yang dikelola Genting Oil Kasuari ini bisa beroperasi komersial pada tahun 2025/2026 mendatang, setelah tertunda sejak hak pengelolaan dipegang pada tahun 2008.
Pada Februari 2017 SKK Migas menyampaikan bahwa target operasional blok Kasuari milik Genting Oil Kasuari PTE LTD mundur dari jadwal seharusnya, yakni tahun 2019.
Pasalnya penyerapan gas menunggu kesepian industri Petrokimia yang didirikan di kawasan industri Teluk Bintuni.
Saat itu pemerintah telah menetapkan gas blok Kasuri sebagai kompleks industri petrokimia yang dibangun PT Pupuk Indonesia.
Hal ini dicapai setelah Genting Oil sebelumnya mengalami hambatan komersialisasi untuk kias dari wilayah kerja yang berlokasi di Papua Barat.
Gas ini berimbas pada aspek perekonomian proyek yang belum ter-estimasi dengan baik, sehingga pemerintah belum memberikan persetujuan rencana pengembangan atau Plant of Diva.
Padahal persetujuan ini seharusnya ditekan akhir tahun 2016 agar blok Kasuri bisa beroperasi sesuai jadwal.
Saat itu produksi buah Kasuri diprediksi bisa mencapai 285 MMSCFD dan bisa onstream di tahun 2019, perusahaan asal Malaysia Genting Oil telah melakukan kegiatan eksplorasi pengeboran di 10 sumur di lapangan merah, lapangan asap, dan lapangan Kido.
Pada tahun berselang Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin tasrif mengungkapkan bahwa pemerintah telah merevisi rencana pengembangan lapangan gas asap kido dan merah di Kasuri, Papua Barat dengan meningkatkan kapasitasnya menjadi dua kali lipat.
Peningkatan kapasitas gas juga diperuntukkan bagi pembangunan satu pabrik pupuk di Papua, adapun revisi plan of development dilakukan oleh Genting Oil dan PT Pupuk Kaltim.
Di mana sebagian gas dari lapangan asap kido dan merah digunakan untuk memproduksi LNG untuk energi, revisi pengembangan ini diikuti untuk peningkatan nilai investasi dan Rp. 13,5 Triliun menjadi 50 Triliun Rupiah (Rp. 50 Triliun).
Selanjutnya, hasil perubahan atas persetujuan plan of development I untuk gas inplace dari 1735 miliar standar kaki kubik per hari naik menjadi 2.673,37 BSCF, sementara itu potensi cadangan naik dari 1031,33 BSCF di Asia menjadi 2.244,45 BSCF.
Baca Juga : 114 Ribu Militer Baru Siap Gempur Ukraina
Saat ini Genting Oil telah menyatakan kesediaan membangun fasilitas LNG bersama PT Pupuk Kaltim, lewat kerjasama tersebut Genting Oil wajib mendistribusikan mayoritas produksi LNG untuk pabrik Pupuk milik PKT yang dibangun dengan nilai investasi sekitar 1,5 miliar dollar Amerika Serikat (US$ 1.5 miliar).
Lapangan Gas Asap Kido merupakan satu dari tiga proyek Migas prioritas pemerintah sampai tahun 2030 mendatang 3 proyek ini terdiri dari dua proyek gas bumi dan satu lapangan minyak.
Perkiraan total sumber daya 2 proyek gas bumi mencapai 450 juta standar kaki kubik per hari, sedangkan satu proyek lapangan minyak di estimasikan memiliki sumber daya 25.276 barrel minyak per hari.
Adapun dua proyek Migas lainnya adalah proyek Migas Mako dan proyek Migas Hidayah, Lapangan Gas Mako terletak di blok Duyung Cekungan West Natuna, lepas pantai Indonesia.
Berdasarkan hasil studi, bahwa permukaan dan hasil audit sumber daya independen, lapangan gas Mako merupakan salah satu yang terbesar di Cekungan West Natuna.
Delapan gas yang terletak di wilayah kerja eksplorasi dan kontraktor West Natuna exploration ltd ini ditargetkan onstream pada Kuartal IV 2025.
Hingga 31 Maret 2023, SKK Migas melaporkan proses pengadaan telah selesai dan diproyeksikan bisa menyelesaikan seluruh lapangan gas berkapasitas 120 MMSCFD tersebut.
Selanjutnya ada pengembangan lapangan minyak Hidayah yang terletak di Madura, lapangan dan dioperasikan oleh Petronas secara Galih not Madura 2 akan mulai berproduksi pada awal tahun 2027, dengan tingkat produksi saat itu pada kisaran 8.973 Barrel per hari.
Lapangan ini akan mencapai puncak produksi pada tahun 2033 dengan kisaran produksi 25.276 BPH, SKK Migas menargetkan Fit 50% setelah pada 2023.
Dan di balik 3 proyek Migas prioritas yang sedang digodok pemerintah proyek ladang gas dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan tergantung bagaimana proyek tersebut dijalankan dan dikelola.
Baca juga : Belanda Resmi Akui 17 Agustus 1945 Sebagai Kemerdekaan Indoneia
Proyek Migas dapat memiliki berbagai dampak terhadap lingkungan masyarakat dan ekonomi, terhadap lingkungan proyek Migas dapat menyebabkan pencemaran air dimana proses produksi dan pemrosesan minyak dan gas alam dapat menyebabkan pelepasan gas dan partikel berbahaya ke udara.
Mengganggu kualitas udara dan menyebabkan polusi, dapat pula menyebabkan pencemaran air laut karena proses pembuangan air limbah dan pelepasan air laut yang telah diproses dapat menyebabkan pencemaran air laut dan merusak ekosistem laut serta pencemaran tanah dan air tanah.
Di mana aktivitas pengeboran dan pengolahan limbah bisa menyebabkan pencemaran tanah dan air tanah dengan bahan kimia berbahaya.
Selain itu pembangunan infrastruktur untuk proyek gas dapat menyebabkan hilang atau rusaknya habitat alami untuk flora dan fauna lokal.
Sementara terhadap dampak sosial ekonomi proyek migas sering mengharuskan relokasi masyarakat dari wilayah proyek, yang dapat mempengaruhi hidup dan mata pencaharian mereka.
Namun proyek Migas dapat menciptakan lapangan kerja dan memberikan kontribusi terhadap ekonomi daerah, dapat menimbulkan ketergantungan pada industri minyak dan gas.
Dampak lain yang dapat muncul dari proyek migas adalah dampak terhadap pemanasan global, yakni emisi gas rumah kaca, sebab proses produksi dan transportasi minyak dan gas dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida dan metana yang berkontribusi pada perubahan iklim dan pemanasan global.